petrukkanthongbolong

petrukkanthongbolong

Minggu, 10 April 2011

Para Shufi Menghina Ulama

Dalam Kitab Lujainid Dani tentang Karamah diceritakan bahwa dalam pengajian Syaikh Abdul Qadir al Jailani datanglah seratus ulama ahli fiqih dari Baghdad dan sekitarnya untuk bertanya masalah hukum Islam. Setiap ulama telah menyiapkan satu pertanyaan sehingga jumlah pertanyaan yang diajukan ada seratus masalah.
Kemudian datang Syaikh Abdul Qadir al Jailani di majlis pengajian tersebut seraya melihat kehadiran seratus ulama tersebut. Maka dada beliau membara karena marah dan memancarkan cahaya kilat menyambar seratus ulama tersebut dan mengakibatkan mereka hilang akal serta menjadi linglung. Mereka menjerit – jerit histeris , membuang surban – surban mereka dan merobek – robek pakaian mereka hingga hampir – hampir mereka telanjang di tengah – tengah yang hadir dalam pengajian yang jumlahnya banyak sekali.
Kemudian Syaikh Abdul Qadir al Jailani menjawab satu persatu dari pertanyaan seratus ulama tersebut dengan tuntas.
Hikayat ini dibaca dan didengar oleh ratusan juta umat Islam dan di antara mereka banyak yang membaca lebih dari seratus kali sehingga iman mereka makin kokoh dan mantap bahwa Syaikh Abdul Qadir al Jailani adalah Wali Quthub yang akan mengabulkan do’a mereka.
Oleh karena itu setelah membaca hikayat ini mereka berdo’a kepada arwah para wali yang antara lain berbunyi :
“Wahai Wali Quthub , wahai Wali Nujaba’ , wahai pemimpin para wali , wahai wali yang dicintai , kemarilah dan tolonglah kami.”
Penulis tidak mengingkari bahwa Allah SWT member karamah kepada wali-Nya sebagaimana Umar bin Khaththab RA ketika sedang berkhuthbah , kemudian member komando pasukan Islam yang sedang bertempur melawan tentara Persia yang berakhir dengan tumbangnya kerajaan Persia meskipun pernah jaya selama ribuan tahun.
Penulis yakin bahwa Umar bin Khaththab adalah waliyullah karena disaksikan oleh Rasulullah SAW termasuk sepuluh sahabat yang masuk surge tanpa hisab dan termasuk Khulafa’ur Rasyidin yang mendapat petunjuk dan harus diikuti sunnahnya sesudah beliau. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dari sahabat Irbad bin Sariyah RA.
وَسَتَرَوْنَ مِنْ بَعْدِي اخْتِلاَفًا شَدِيدًا ، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي ، وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ ، وَإِيَّاكُمْ وَالأُمُورَ الْمُحْدَثَاتِ ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.
Dan kalian akan melihat perselisihan yang banyak setelahku , maka kalian wajib berpegang pada sunnahku dan sunnah Khul\afa’ur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah – sunnah tersebut dengan gigi gerahangmu , dan berhati – hatilah kalian terhadap perkara – perkara yang diada – adakan. Sesungguhnya setiap bid’ah adalah sesat. ( HR. Ibnu Majjah dari Irbad bin Sariyah ).
Hikayat – hikayat palsu seperti di muka merupakan cara mursyid thariqah dan murid – muridnya untuk mendewakan Mursyid Agung mereka agar umat Islam yang pengetahuan agamanya kurang , meyakini bahwa Mursyid Agung Syaikh Abdul Qadir al Jailani adalah Wali Quthub al Ghauts yang mampu mengabulkan do’a – do’a mereka.
Para mursyid thariqah dan murid – muridnya suka mengarang hikayat – hikayat dusta dan fatwa – fatwa yang menyimpang dari syari’at Islam dan merendahkan ulama . Misalnya , belajar ibadah dari mursyid thariqah itu seribu kali lebih utama dibandingkan belajar dari ulama. Sebagaimana tersebut dalam Kitab Anwar yang dikarang oleh Abu Qasim as Suhaili dan dalam Kitab Kifayatul Atqiyah karangan Syaikh ad Dimyati ;
رَكْعَةٌ مِنْ عَارِفٍ أَفْضَلُ مِنْ أَلْقِ رَكْعَةٍ مِنْ عَالِمٍ
Satu raka’at dari seorang ‘Arif lebih utama dibandingkan seribu raka’at seorang ulama.
Demikian juga dalam Kitab Thabaqatusy Sya’rani menukil fatwa Mursyid Agung Syaikh Junaid al Baghdadi ;
اَلْمُرِيْدُ الصَّادِقُ غَنِيٌّ عَنْ عِلْمِ الْعُلَمَاءِ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِالْمُرِيْدِ خَيْراً أَوْقَعَهُ إِلَى الصُّوفِيَةِ وَمَنَعَهُ عَنْ صُحْبَةِ الْقُرَّاءِ
Murid yang benar tidak membutuhkan ilmu ulama. Dan apabila Allah SWT menghendaki kebaikan kepadanya maka Allah menetapkannya pada tashawwuf dan mencegahnya berkawan dengan ahli al Qur an.
Mereka lupa bahwa menghina ulama adalah dosa besar , karena ulama adalah orang – orang yang dimulyakan Allah sebagai pewaris para nabi yang ilmunya harus diambil dan digunakan untuk pegangan hidup di dunia. Sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud , at Tirmidzi dan Ibnu Majjah dari sahabat Abu Darda’ bahwa Rasulullah SAW bersabda ,
فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ ، إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ ، وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا ، إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ.
Keutamaan orang yang berilmu dan ahli ibadah adalah seperti keutamaan rembulan terhadap seluruh bintang – bintang. Sesungguhnya ulama’ adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham , akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambil ilmunya maka dia telah mengambil bagian yang banyak. ( HR.Abu Dawud , at Tirmidzi dan Ibnu Majjah dari Abu Darda’ RA. )
Mereka sengaja melupakan bahwa belajar agama kepada ulama’ yang faham al Qur an dan as Sunnah serta luas ilmunya sehingga menjadi faqih adalah ibadah yang paling utama disbanding ibadah – ibadah yang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Iman at Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah RA ,
مَا عُبِدَ اللَّهُ بِشَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ فِقْهٍ فِيْ الدِّيْنِ
Tidak ada ibadah kepada Allah yang lebih utama dibanding paham terhadap urusan agama. ( HR. at Tirmidzi dari Abu Hurairah )
Mereka melupakan bahwa orang yang bertaqwa kepada Allah adalah ulama’ , dan orang yang paling baik di dunia ini adalah orang – orang yang faham al Qur an dan as Sunnah serta dalam ilmu agamanya , bukan yang lain. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al Fathir ayat 28 ,
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Sesungguhnya hamba yang takut kepada Allah hanyalah ulama’ ( QS. Fathir : 28 )
Dan sabda Rasulullah SAW dalam hadits Shahih Bukhari dan Muslim dari sahabat Muawiyah RA ,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi baik , maka Allah memahamkannya dalam urusan agama. ( HR. Bukhari dari Muawiyah RA ).
Apa yang dilakukan mursyid thariqah dan murid – muridnya yaitu menyebar luaskan hikayat – hikayat dusta yang menghina ulama dan fatwa – fatwa yang menyimpang dari syari’at Islam dari Mursyid Agung mereka yang merendahkan ulama’ akan menjerumuskan mayoritas umat Islam ke dalam dosa besar.
Untuk menyelamatkan umat Islam dari perbuatan dosa yang sudah mengelilingi kehidupan di dunia ini , Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad , al Hakim dan al Bazar dari sahabat Ubadah bin Shamid ,
ليس من أمتي من لم يجل كبيرنا ويرحم صغيرنا ويعرف لعالمنا حقه
Bukan termasuk umatku orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan tidak menyayangi yang lebih muda dan tidak tahu hak – hak para ulama’ ( HR. Ahmad , al Hakim dan al Bazar dari Ubadah bin Shamid RA. )
Fatwa para mursyid thariqah tersebut di atas banyak tertulis dalam kitab – kitab thariqah. Fatwa – fatwa seperti ini diyakini kebenarannya oleh seluruh murid thariqah karena keluar dari lisan mursyid agung yang mereka yakini sebagai Wali Quthub yang mendapat ilham dari Allah SWT.
Padahal fatwa ini jelas menentang Allah dan Rasul Nya , karena ada ratusan ayat al Qur an yang memerintahkan agar umat Islam mempelajari dan memahami al Qur an , melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya serta mengikuti petunjuknya. Misalnya firman Allah SWT dalam surat at Taubah ayat 122 ,
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memahami urusan agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. ( QS. At Taubah : 122 ).
Dan Sabda Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majjah dari sahabat Abu Dzarr al Ghifari ,
يَا أَبَا ذَرٍّ ، لأَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللهِ ، خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّيَ مِئَةَ رَكْعَةٍ
Wahai Abu Dzarr ,apabila engkau datang pagi – pagi kemudian engkau mempelajari satu ayat al Qur an , maka hal itu lebih baik dibandingkan engkau shalat seratus raka’at. ( HR. Ibnu Majjah dari Abu Dzarr al Ghifari ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar